about Me

Foto saya
bandung, jawabarat, Indonesia
"LAA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZHAALIMIIN"Ya Rob ampunilah hambamu ini sesungguhnya hamba termasuk orang-orang yang zholim

Senin, 10 Oktober 2011

CINTA: RACUN ataukah OBAT ?

CINTA: RACUN ataukah OBAT ?
بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ
ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAH WABARAKATUH
To: SEMUA SAHABATKU TERCINTA YANG TENGAH DILANDA CINTA DAN YANG TENGAH PUTUS CINTA
Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan. Dan tentu saja untuk memperolehnya diperlukan ikhtiar. Lalu, ikhtiar seperti apakah sehingga kita dapat memperolehnya?
Menurut Ibn Miskawaih, bahwa kesedihan manusia lebih disebabkan oleh dua hal, yaitu “Fudhul al-Mahbub wa Fudhul al-Mathlub” (hilangnya yang dicinta, dan lepasnya yang didamba).
Jika kita kehilangan sesuatu yang kita cintai, tentu saja sedih. Dan yang demikian itu tidak salah. Kesedihan menjadi masalah ketika diekspresikan secara berlebihan.
Mengapa seseorang bisa berlebihan dalam mengekspresikan kesedihannya ? Hal itu tidak lain karena kecintaan yang berlebihan pula. Makin tinggi cinta seseorang, maka makin tinggi pula potensi derajat kesedihannya. Karena itu Islam mengajarkan bentuk cinta yang ideal bagi manusia.
Rasulullah s.a.w bersabda ”Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena bisa jadi suatu saat akan menjadi musuhmu. Bencilah sewajarnya, karena bisa jadi suatu saat nanti akan menjadi kekasihmu” (HR. Tirmidzi)

Terkait cinta yang sewajarnya, menarik untuk disemak pandangan Maulana Jalalauddin Rumi. Suatu hari dia menerangkan kepada muridnya perihal perbezaan obat dengan racun. Menurutnya, perbezaan keduanya sangat tipis, yakni tergantung dosis (ukuran).
Jika kita minum segelas air, maka bisa mengobati dari dahaga. Sebaliknya, jika kita minum air bergelas-gelas, maka air berubah menjadi racun bagi tubuh. Begitu pula cinta. Cinta yang over dosis, hanya akan melahirkan penderitaan.
Kecintaan terhadap seseorang secara berlebihan hanya akan melahirkan belenggu. Makin dicintai, makin membelenggu. Makin was-was. Makin takut hilang. Apalagi benar-benar hilang. Cinta yang seharusnya menjadi penawar hati, berubah menjadi racun hati.
Hmmmmm.....